BALUT, TEROPONG BANGGAI - Di jalan beraspal di depan kantor PLN Banggai Jl. Kompleks 12, tenda-tenda berjajar bak pelukan hangat di tengah keramaian. Matahari pagi pada Senin 07 April 2025, menyusup di sela-sela kain, menari di atas meja-meja panjang yang dipenuhi ketupat dan lauk tradisional. Warga Gorontalo berdiri berderet, saling melempar senyum, seolah menemukan kembali saudara yang lama terpisah.
Tepat pukul sembilan, Bupati Banggai Laut, Sofyan Kaepa, melangkah dalam balutan kemeja putih dan songkok khas Gorontalo, tak mengurangi kesederhanaan sapaan yang ia berikan. “Assalamu’alaikum, saudara-saudaraku.” Suara lembutnya bergema di antara gemerisik tenda, menyentuh hati setiap yang hadir.
Dalam sambutannya, Bupati Sofyan Kaepa meneteskan haru. “Di tengah derasnya arus modernisasi, kita tetap di sini, menjaga akar budaya,” katanya sambil menatap kumpulan warga yang menyimak dengan khusyuk penuh kebahagiaan.
“Lebaran Ketupat bukan sekadar tradisi, melainkan janji kita untuk tak pernah melupakan asal-usul.” Ia mengibaratkan ketupat sebagai simpul kasih. “Setiap anyaman adalah bukti bahwa meski kita berbeda, ikatan kita tak akan pernah terurai.”
Sejenak, keheningan menyelimuti.
Angin pagi mengibas perlahan tenda, seolah menyemangati kata-kata beliau. Seorang nenek di sudut keramaian mengusap wajahnya yang keriput, mengenang masa kecil ketika ia membantu ibunya menanak ketupat di dapur sederhana. Di sudut lain, remaja-remaja Gorontalo saling berpelukan, merasakan kehangatan yang sulit dijelaskan dengan kata.
Setelah sambutan, acara makan bersama dimulai. Suapan pertama ketupat yang lembut menyatu dengan kuah hangat memantik senyum di bibir setiap orang. Tawa anak-anak mengalun, mengejar potongan ketupat yang terlepas. Di tengah kerumunan, Bupati Sofyan Kaepa berdiri penuh wibawa dan senyum khas menyaksikan warganya bersantap makanan, menegaskan integritas pemimpin yang hadir bukan untuk berjarak, tetapi untuk bergandeng tangan.
Saat angin siang menyapu jalan, tenda-tenda seolah bernyanyi bahwa di tengah kesederhanaan dan kebersamaan, terlahir harmoni yang menyentuh kalbu.
Lebaran Ketupat 1446 H di depan kantor PLN Banggai bukan sekadar perayaan kuliner, ia adalah mahakarya kejujuran hati, integritas, dan persaudaraan.
Dari anyaman ketupat hingga sapaan Bupati Sofyan Kaepa, setiap detik menegaskan satu pesan abadi bahwa di sinilah kita belajar mencintai, merajut harapan, dan menjaga kebersamaan untuk generasi mendatang. (*)
*Penulis : Abdul Azis Dg. Naba (Aan)
*Dokumentasi : Ruslan Hi. Sain
*Dokumentasi : Ruslan Hi. Sain