BALUT, TEROPONG BANGGAI - Malam itu, langit Banggai Laut bertabur bintang, seolah turut merayakan sebuah tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya Gorontalo, Tumbilotohe. Di kompleks 12 PLN Banggai, ribuan cahaya lampu minyak berpendar, menciptakan keindahan yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menghangatkan hati.
Di antara kerlap-kerlip cahaya, dengan suara tawa anak-anak menggema bersahutan yang berlarian riang, menikmati suasana yang begitu istimewa. Malam ke-27 Ramadan ini bukan sekadar ritual biasa. Ini adalah perwujudan syukur, harapan, dan kebersamaan, yang dijaga turun-temurun oleh masyarakat Gorontalo, termasuk mereka yang berada di perantauan seperti di Banggai Laut.
Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) Kabupaten Banggai Laut menjadi motor penggerak dalam acara ini. Mereka bukan hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagamaan, moral, dan spiritual kepada generasi penerus.
Salah satu pengurus KKIG, Ruslan Hi. Sain, berdiri di tengah kerumunan, senyumnya mengembang saat menyaksikan cahaya lampu mulai menerangi setiap sudut kompleks.
"Tumbilotohe bukan hanya tentang lampu, tapi juga tentang cahaya hati," ujarnya kepada media.
"Ini adalah simbol harapan dan kebersamaan, mengingatkan kita bahwa Ramadhan akan segera berakhir, dan kita harus menyambut Idul Fitri dengan hati yang bersih", tambahnya.
Para tokoh-tokoh Gorontalo tanpak khusyuk menyaksikan gemerlap cahaya lampu di sepanjang jalan. Mengenang masa kecil mereka di kampung halaman, saat Tumbilotohe masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Kini, meskipun berada jauh dari tanah kelahiran, mereka tetap menjaga nyala tradisi ini.
Di sudut lain, anak-anak muda sibuk membantu memasang lampu, merangkai cahaya dalam pola-pola indah yang menyerupai kaligrafi Arab dan masjid kecil. Mereka tertawa, saling bercanda, menikmati momen yang mempererat rasa persaudaraan di antara mereka.
Seiring malam semakin larut, kompleks 12 PLN Banggai berubah menjadi lautan cahaya. Dari kejauhan, sinarnya tampak seperti bintang-bintang yang turun ke bumi. Suasana terasa khusyuk, mengingatkan semua orang bahwa Ramadhan hampir berakhir dan saatnya bersiap menyambut kemenangan.
Bagi masyarakat Gorontalo di Banggai Laut, Tumbilotohe bukan sekadar tradisi. Ini adalah pengingat bahwa sejauh apa pun mereka melangkah, akar budaya tetap ada dalam hati. Dan selama masih ada cahaya yang dinyalakan, warisan itu akan terus hidup, menerangi generasi demi generasi. /*Aan