Notification

×

Iklan

Iklan

Pagi yang Menggenggam Maaf; Silaturahmi Hangat SMP Negeri 1 Banggai di Hari Pertama Sekolah

08/04/2025 | 22:50 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-09T05:54:22Z

BALUT, TEROPONG BANGGAI - Pagi ini, Rabu 9 April 2025, langit di atas Banggai Laut tampak lebih bersih dari biasanya. Mentari menyemburatkan cahaya hangat yang menyusup perlahan di antara dedaunan, memantul di dinding-dinding kelas yang telah lama sunyi. Di halaman SMP Negeri 1 Banggai, suara langkah-langkah kecil menggema, bukan tergesa, melainkan penuh harap. Satu per satu siswa berdatangan, mengenakan seragam batik biru langit memberi kesan tampak lebih rapi, dan senyuman yang sedikit gugup. Tapi mata mereka berbinar. Ada sesuatu yang berbeda pagi itu, bukan sekadar hari pertama sekolah, melainkan hari pertama kembali dengan hati yang telah dibersihkan oleh lebaran.
Di tengah halaman sekolah, para guru berdiri berjejer. Mereka tak membawa buku atau penggaris, melainkan tangan yang terbuka dan wajah penuh senyum. Dan ada pula kepala sekolah, Kuembah D. Latta, S.Pd., berdiri di tengah-tengah mereka dengan wajah teduh, menyambut setiap jabatan tangan seolah menyambut anak yang pulang dari perjalanan panjang.

"Ini bukan sekadar barisan," ujar beliau pelan, nyaris seperti bisikan, “tapi tali yang menyambung kembali hubungan antar hati, setelah mungkin selama ini banyak yang renggang karena lelah, salah paham, atau sekadar kesibukan.”
Tradisi barisan silaturahmi di SMP Negeri 1 Banggai bukanlah hal baru, tetapi setiap tahun ia tetap terasa istimewa.

Di pagi pertama setelah libur Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, suasana sekolah berubah menjadi semacam ruang pertemuan batin, di mana tangan-tangan yang sebelumnya sibuk menulis ujian kini terulur untuk saling memaafkan, dan suara yang biasanya memanggil daftar hadir kini berganti menjadi salam-salam tulus. “Maaf lahir dan batin, Bu, Pak.”
Sementara di sisi lain barisan, siswa-siswa laki-laki tampak canggung, sebagian menunduk saat bersalaman, sebagian tersenyum malu-malu. Namun tak satu pun yang melewatkan momen itu. Karena di hari itu, jabatan tangan bukan sekadar formalitas, melainkan simbol. Bahwa meski kehidupan kadang menguras energi, selalu ada ruang untuk saling menguatkan.

Kehangatan momen ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga besar sekolah. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banggai Laut, Jeny Manyunya, hadir langsung untuk menyaksikan suasana hari pertama tersebut. Ia tidak hanya berdiri sebagai pengamat, tetapi ikut larut dalam barisan, menyalami guru dan siswa satu per satu.

“Saya tidak datang hanya untuk memantau. Saya ingin merasakan sendiri semangat ini. Karena pendidikan bukan cuma soal nilai dan kurikulum, tapi tentang membangun karakter. Dan karakter itu lahir dari kebersamaan seperti ini,” ucapnya.

Menurut Jeny, kegiatan ini patut dicontoh oleh sekolah-sekolah lain. “Bayangkan, anak-anak ini diajari sejak dini bahwa permulaan baru dimulai dengan hati yang lapang. Bukankah itu pelajaran paling penting dalam hidup?”
Matahari mulai meninggi, dan halaman SMP Negeri 1 Banggai kembali tenang. Namun getar hangat dari pagi tadi masih tinggal di dinding-dinding kelas, di langkah kaki yang melintasi koridor, di hati para guru yang diam-diam berharap, semoga semangat ini tidak berhenti di hari pertama.
Dan di sudut halaman, kepala sekolah berdiri sebentar, memandangi sekolahnya dengan mata yang tenang. 

“Lebaran sudah usai, tapi damainya jangan cepat berlalu,” katanya pelan. “Karena di sekolah ini, kami ingin anak-anak tumbuh, bukan hanya menjadi pintar tapi juga menjadi manusia seutuhnya.”
*Penulis: Abdul Azis Naba (Aan)

×
Berita Terbaru Update